Sebenarnya banyak pengertian mengenai politik, tetapi disini
saya artikan definisi tentang politik : Politik (dari
bahasa Yunani : politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan
warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Pengertian lainnya; Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional. Terlanjur dipakai untuk segala
pikiran, sikap, dan tindakan kotor serta kejam dalam politik.
Kemashuran yang salah
kaprah
Niccolo Machiavelli selama hampir 500 tahun dianggap sama
jahat dan kejamnya dengan Mephistopeles, raja segala setan dalam legenda Faust.
Namanya sampai diabadikan dalam kamus berupa kata sifat machiavellian. Sifat ini mencakup pikiran, sikap, dan tindakan
licik yang kejam, penuh tipu daya, dan tak kenal kasihan. Ajarannya dianggap
mengesampingkan segala nilai moral, atau dikenal sebagai “tujuan menghalalkan
segala cara”. Namun, kemashuran ini betul-betul salah kaprah. Yang bersifat machiavellian sebenarnya bukan Niccolo
Machiavelli sendiri, melainkan para penguasa yang ditelitinya. Pada 1559, 32 tahun setelah Mavhiavelli wafat, pembesar gereja memasukkan Il Principe dalam daftar
buku terlarang yang dikenal sebagai Tridentine
Index.
Banyak tokoh yang mencela Machiavelli dan karya-karyanya.
Menurut Leo Strauss : “Ajaran yang tidak bermoral. Machiavelli memang seorang
pemikir titisan setan”. Pemahaman tentang Il Principe semakin salah kaprah,
terutama karena buku itu terlanjur dianggap sebagai buku pegangan setengah
resmi para diktator terkemuka dunia seperti: Hitler, Stalin, Lenin dan
Mussolini.
Menurut Francis
Bacon (filsuf, pengacara, dan ahli bahasa) : Machiavelli mengemukakan tanpa
tedeng aling-aling apa yang benar-benar dilakukan oleh para penguasa, bukan
yang seharusnya mereka lakukan. Hal itu hanya mungkin dilakukan jika para
penguasa memahami hakikat kejahatan serta mampu memadukan kecerdikan ular dan
ketulusan merpati. Tanpa paduan tersebut, keutamaan (virtue) hanyalah akan
membuka kebohongan, tetapi tak mampu memberikan perlindungan.
Menurut Van Ranke (1795-1886), sejarawan terkemuka Jerman : Setelah membaca bab terakhir Il Principe apa yang Machiavelli anjurkan dalam buku tersebut didorong oleh tekad mencapai persatuan Italia daripada sekedar mengabaikan nilai-nilai moral.
Menurut Van Ranke (1795-1886), sejarawan terkemuka Jerman : Setelah membaca bab terakhir Il Principe apa yang Machiavelli anjurkan dalam buku tersebut didorong oleh tekad mencapai persatuan Italia daripada sekedar mengabaikan nilai-nilai moral.
Pengaruh
gerakan Renaissance segera menyebar dengan cepat ke Italia Utara, lalu ke
seluruh daratan Eropa, terlebih setelah Akademi Plato didirikan oleh Lorenzo
Sang Cemerlang (1449-1492), pertengahan abad 15. Akademi ini kemudian
berkembang menjadi pusat studi pemikiran Yunani dan Romawi klasik paling penting
saat itu, dan jadi tempat belajar para sarjana seluruh Eropa.
Ketika Firenze mencapai puncak
kemakmuran, Niccolo Machiavelli lahir pada 3 Mei 1469. Ayahnya, Bernardo
Machiavelli adalah seorang pengacara keturunan bangsawan. Bernardo banyak
bergaul dengan para pemikir humanis di Firenze dan mengoleksi karya para tokoh
klasik aliran itu seperti, Titus Livius, Cicero, Boccacio hingga Petrarch. Sejak
usia 12 tahun, Niccolo Machiavelli dididik oleh salah seorang sahabat ayahnya, Paolo
da Ronciglione, tokoh pemikir humanis di Firenze. Setelah itu ia dikirim ke
Universitas Firenze untuk menyelesaikan studinya. Suasana tenang dan damai di Firenze ternyata
tidak bertahan lama. Sejak 1489, Girolamo Savonarola, biarawan Ordo Dominican,
mulai memimpin gerakan perlawanan. Gerakan ini dengan keras mengecam
pemerintahan “tangan besi” Lorenzo II Magnifico. Savonarola dan paa pengikutnya
menganggap Firenze telah dilanda kemerosotan moral yang parah, dan masyarakat
disana terlalu mengagungkan hal-hal keduniawian. Mereka bercita-cita
mengembalikan Firenze berdasar pada kesucian nilai-nilai agama. Akhirnya
Savonarola berhasil menggulingkan kekuasaan wangsa Medici, pada tahun 1495.
Firenze pun dipimpin oleh pemerintahan teokratis. Masuknya pasukan perang
Prancis di Italia pada 1494 dan berikutnya pada 1496, menjadi titik balik bagi
kemajuan dan perdamaian wilayah semenanjung itu. Diduga, motif serangan itu
demi kemegahan diri Raja Prancis, Charles VIII (1470-1498). Serbuan pasukan
Prancis hampir tidak mengalami kesulitan berarti karena didukung beberapa
penguasa di Italia.
Pada 1500, Italia
kembali diserang oleh Raja Louis XII (1462-1515), pengganti Charles VIII. Bersamaan
dengan itu, pasukan Spanyol yang dipimpin Raja Aragon menyerbu pula ke Napoli. Pasukan
Prancis dan Spanyol berhasil menaklukan wilayah Lombardia, kemudian Napoli.
Pada 1501 Spanyol dan Prancis terlibat perang dan saling berebut wilayah kekuasaan.
Akibatnya, Italia menjadi wilayah paling panas, penuh dengan perang, kekerasan,
dan darah selama 50 tahun lebih. “Perimbangan kekuatan” yang berhasil
dijalankan negara-negara kota Italia lewat Perjanjian Lodi, seketika hancur. Di
mata Machiavelli, nasib tragis bangsa Italia setelah dikuasasi Prancis dan
Spanyol terutama karena mereka tidak membangun pasukan bersenjata sendiri dan
terlalu percaya dengan jalan diplomasi. Pada 1498, pemerintahan teokratik
Savonarala berhasil digulingkan oleh Piero Soderini, salah seorang sahabat
Machiavelli. Firenze berubah menjadi negara Republik. Atas jasanya ikut
membentuk angkatan bersenjata di Firenze, Maciavelli diangkat sebagai Sekretaris
Dewan Republik, merangkap Kanselir Republik Firenze. Tugas utama Machiavelli dalam
Dewan Republik, selain mengurus administrasi dalam negeri, adalah menyiapkan
Komisi Sepuluh untuk Urusan Perang. Komisi ini bertanggung jawab atas masalah keamanan Firenze, mengurus
pasukan perang Republik Firenze dan membina hubungan baik dengan negara
tetangga. Sehubungan dengan tugasnya itu, Machiavelli kemudian melakukan
serangkaian kunjungan diplomatik ke berbagai negara tetangga. Pada 1500
machiavelli bertemu dengan raja Louis XII, Raja Prancis, untuk meminta
bantuannya mengalahkan Pisa. Selanjutnya, Machiavelli juga menjalin hubungan
baik dengan Paus Julius II, Maximilian (1459-1519) Kaisar Romawi Suci, Raja
Ferdinand (1452-1516) dari Spanyol hingga para penguasa Turki. Dari seluruh tokoh
yang ditemuinya selama bertugas sebagai Kanselir, yang paling dikagumi
Machiavelli adalah Cesare Borgia (1476-1507), putra Paus Alexander VI).
Sosok Penguasa dalam
Politik Kekuasaan
Sekilas, isi Il
Principe terasa rumit namun sebenarnya sederhana saja. Seluruh isi buku ini
sesungguhnya ingin menunjukkan bagaimana seorang penguasa harus bertindak untuk
merebut, mempertahankan, dan menghindari hilangnya kekuasaan. Penguasa yang
baik, menurut Il Principe, harus mampu memadukan watak singa dan rubah. Ia harus
sekuat singa sekaligus selicik rubah, sebab singa disegani karena kekuatannya
namun sering tidak waspada bila mengahadapi perangkap, sedangkan rubah
sanggup menghadapi perangkap tapi tidak dapat membela diri bila diserang
serigala. Sejarah mebuktikan penguasa yang semata mengandalkan kekuatan, akan
mudah runtuh oleh tipu daya dan kelicikan. Sebaliknya, bagi penguasa yang pandai
bertipu daya, peluang untuk menang masih terbuka lebar. Penguasa yang bersifat
rubah akan berlagak takluk pada penguasa yang punya kekuatan besar. Namun di
saat yang tepat, ia akan berbalik menghancurkannya. Cara inilah yang dipakai
oleh Paus Alexander VI ketika mengusir pasukan Prancis dari Italia. Ajaran
tentang penguasa ideal tersebut bersumber dari kisah Achilles, sang pahlawan
dalam legenda Yunani Kuno. Dalam kisah itu diceritakan bagaimana Achilles
menjadi raja yang digdaya setelah menimba ilmu perang pada Chiron, mahluk
setengah manusia setengah kuda. Patuh pada hukum dan moral dianggap sebagai
suatu keharusan dan cara yang paling terpuji bagi penguasa, namun cara ini terbukti kerap tidak memadai untuk mengatasi
kesulitan. Oleh sebab itu, penguasa yang ingin sukses, harus melengkapi diri
dengan cara licik dan kejam, yang biasa dipakai binatang dalam mempertahankan
hidupnya, dan sanggup menerapkan cara-cara tersebut dengan tepat. Penguasa
tidak boleh menyimpang dari sifat-sifat baik, tetapi jika perlu ia boleh memakai
cara licik dan kejam. Ajaran Machiavelli tersebut sesuai dengan pandangan umum
masa Renaissance bahwa manusia dapat menentukan nasibnya sendiri. Seseorang
bisa berhasil dalam hidupnya bila mengandalkan virtue (keutamaan), dan tidak lagi berharap pada fortune (kemujuran). Keunggulan virtue atas fortune tersebut, dilambangkan oleh Machiavelli sebagai pria
perkasa mampu memikat bahkan menundukkan seorang wanita. Virtue dalam Il Principe
bisa diartikan sebagai sikap aktif penguasa demi efisiensi politik. Faktor
penentu bagi tegak dan kukuhnya kekuasaan adalah kemampuan dan ketrampilan
penguasa. Penguasa yang baik harus mampu mengelola kemujuran, dan menganggap
kemujuran tak lebih dari kesempatan (chance).
Negara Kekuasan dan
Negara Kerakyatan
Ada dua jenis
pemerintahan yang umum berlangsung, Kerajaan dan Republik. Ciri utama negara
kerajaan adalah kekuasaannya yang turun temurun dan berlaku seumur hidup. Oleh
sebab itulah, Raja umumnya mempunyai kekuasaan yang mutlak dan tak
terbatas. Karena itulah, negara yang berbentuk kerajaan sering disebut negara
kekuasaan. Sebaliknya, ciri negara republik adalah kekuasaan tertinggi ada di
tangan rakyat (respublica), oleh
sebab itu disebut negara kerakyatan. Kekuasaan penguasa di negara
republik bersifat terbatas, tidak seumur hidup dan diatur dalam konstitusi. Para
penguasanya dipilih berdasarkan kemampuan dan keutamaan, bukan berdasarkan
hubungan darah. Di Italia juga ada bentuk negara yang sangat khas, bukan
Kerajaan maupun Republik, yaitu Negara Kepausan. Pemimpinnya disebut
Paus. Kekhasan negara ini karena wewenangnya berdasarkan nilai-nilai agama
Katolik, sehingga sering disebut juga Negara Gereja. Il Principe (Politik Kekuasaan) hanya membahas seluk beluk
kekuasaan di negara kerajaan. Seluk beluk negara Republik, yang merupakan
pilihan pribadi Machiavelli, dibahas dalam bukunya yang lain, Discorsi (Politik Kerakyatan). Lika liku
perkembangan kekuasaan Negara Kepausan hanya sedikit dibahas dalam kedua buku
tersebut, walaupun sebenarnya Machiavelli tidak bersimpati dengan berbagai
tidak-tanduk Paus. Alasannya sederhana saja. Saat itu Paus yang berkuasa adalah
Leo X, salah seorang keturunan Medici. Machiavelli khawatir rencana tersembunyinya
dibalik pengiriman Il Principe, akan
gagal bila mengulas panjang lebar tentang Negara Kepausan.
Negara kerajaan
terbagi atas kerajaan warisan dan kerajaan baru. Kerajaan warisan umumnya telah
berdiri sejak lama dan penguasanya telah turun temurun beberapa
generasi. Kerajaan baru bisa berupa kerajaan yang memang baru saja berdiri atau
berupa gabungan negara bagian ke dalam kekuasaan negara penakluknya. Para
penerus kerajaan warisan umumnya tidak akan menemukan kesulitan dalam
memerintah. Tugas utama mereka adalah memelihara pranata dan lembaga lama yang
masih cocok, kemudian menyesuaikannya dengan kondisi saat itu. Gejolak besar
sering terjadi di kerajaan baru, terutama yang merupakan gabungan. Kerajaan
baru umumnya terbentuk karena rakyat muak dengan penguasa lama yang bersifat
menindas, kemudian memberontak dan menggantikannya dengan raja baru. Namun,
umunya penguasa baru tersebut demi mengukuhkan kekuasaannya, justru akan
menindas rakyatnya lebih kejam lagi. Rakyat yang merasa terkecoh akan kembali melawan.
Berbagai gejolak yang terjadi di kerajaan baru bukan hanya tergantung pada
tingkah laku para penguasa baru, tapi memang sifat alamiah dari negara
tersebut. Oleh sebab itu, sebelum merebut kekuasaan, sebaiknya calon penguasa
mempelajari keadaan negara yang ingin direbutnya.
Untuk sementara sekian dulu postingan kali ini, nanti akan dilanjutkan kembali mengenai tipe penguasa.