18/12/17

Politik dan kekuasaan ajaran Machiavelli (bagian 2)

        Untuk postingan saat ini, masih tentang : Politik serta kekuasaan ajaran  Machiavelli, baiklah akan saya lanjutkan dari postingan sebelumnya. Dilihat dari besarnya kekuasaan, ada dua tipe penguasa. Pertama, penguasa yang bertindak sebagai penguasa tunggal dan kedua, penguasa yang kekuasaannya berbagi dengan para bangsawan. Wewenang penguasa tunggal sangat besar dan bersifat mutlak. Ia mempunyai kekuasaan untuk memilih dan memecat para menteri pimpinan angkatan bersenjata dan seluruh bawahannya, tanpa ada yang berarti mengganggu gugat. Ia berhak menunjuk bawahannya memerintah sebuah daerah namun sepenuhnya mereka tetap tunduk pada kekuasaannya. Penguasa tipe kedua senantiasa harus bersaing dengan pengaruh para bangsawan yang mendapat gelarnya dari tradisi turun-temurun. Para bangsawan tersebut umumnya mempunyai wilayah kekuasaan dan rakyatnya sendiri, walaupun tunduk pada penguasa pusat, wewenang mereka tidak bisa dicabut begitu saja. Negara yang dipimpin oleh penguasa tunggal akan sulit ditaklukan. Namun bila berhasil menaklukan akan mudah mempertahankannya. Sebaliknya, merebut negara yang dipimpin oleh penguasa yang mempunyai banyak bangsawan bawahan tidaklah sulit. Yang sulit adalah mempertahankannya, sebab akan terus menerus menghadapi pemberontakan.
       Alexander Agung (356-323), Raja Macedonia, harus bersusah payah menundukkan Kerajaan Persia dalam usahanya menguasai Asis. Selama 10 tahun lebih, tanpa mengenal lelah, Alexander menyerbu benteng bangsa Persia. Baru pada sekitar 334 SM, Kerajaan Persia dapat dikalahkannya. Ketika itu Kerajaan Persia dipimpin oleh Darius, yang naik tahta pada 336 SM. Darius adalah tipe penguasa tunggal. Takheran bila Alexander harus bersusah payah merebut Persia, dan harus menghancurkannya sama sekali untuk menguasainya. Setelah memperoleh kemenangan, dan Darius wafat, Alexander dapat memerintah daerah tersebut dengan aman. Para pewaris Alexander juga tidak menemui kesulitan besar memerintah daerah itu. Ancaman terbesar bagi para pewaris kerajaan justru datang, bila mereka tidak dapat meredam ambisi dan saling bersaing sendiri. Sebaliknya dengan di Prancis. Kekuasaan para bangsawan di sana sangat besar dan telah berlangsung lama. Mereka seringkali memberontak dan menggulingkan para penguasa di sana.










 Alexander The Great



Merebut Kekuasaan

     Ada beberapa cara yang bisa ditempuh orang untuk menjadi penguasa yaitu karena nasib mujur, mengandalkan kemampuan (senjata) sendiri, lewat jalur konstitusi (Pemilu), dan menggunakan cara licik dan kejam. Dari semua itu, cara manakah yang terbaik ?. Para pemimpin di kota Ionia, juga Hellespontus, Yunani, adalah contoh penguasa yang mengandalkan nasib mujur. Mereka menjadi penguasa karena dipilih dan diangkat oleh Darius, raja Persia yang telah menundukkan daerah-daerah tersebut. Mereka sebenarnya hanya menjadi penguasa boneka, karena tujuan Darius mengangkat mereka adalah demi keamanan dan kemuliaannya sendiri. Hal yang sama akan terjadi pada para penguasa yang memperoleh kedudukannya dengan menyuap angkatan bersenjata. Mereka tidak sanggup berkutik menghadapi para petinggi militer. Penguasa yang hanya mengandalkan nasib mujur, kekuasaannya sangat rapuh. Mereka cepat sampai di puncak kekuasaan, namun secepat itu pula akan kehilangan. Kekuasaan mereka ibarat pohon yang akarnya belum berkembang baik. Sekali topan datang, akan akan tercabut dan tumbanglah pohon itu. Ingatlah, hanya orang-orang dengan bakat besar yang dapat mempertahankan kekuasaan yang diperolehnya lewat nasib mujur. Romulus, Cyrus dan Theseus, penguasa yang mengandalkan kemampuannya sendiri. Selama mereka berkuasa, negaranya menjadi makmur dan terkenal. Untuk menjadi raja Roma, Romulus harus meninggalkan Alba dan waktu bayi dibuang ke hutan bersama saudara kembarnya Remus. Menurut dongeng, mereka kemudian dibesarkan oleh seekor serigala. Baru setelah ia membangun Kota Roma, dan menghimpun pasukan untuk mengamankannya. Cyrus bersusah payah mengobarkan pemberontakan rakyat Persia, yang telah lemah dan tidak berdaya akibat masa damai yang berlangsung lama sekali, untuk melawan kerajaan Medes. Baru setelah itu ia menjadi raja. Theseus harus menghadapi perang yang panjang dan memelahkan untuk menyatukan Athena, dan kemudian menjadi raja di sana. Rahasia sukses Romulus, Cyrus dan Theseus terletak pada kemampuan meraka memadukan kekuatan senjata dengan nasib mujur. Bagi mereka nasib mujur adalah kemampuan memanfatkan peluang. Sebesar apa pun peluang yang datang, bila tidak diperjuangkan akan sia-sia. Sebaliknya, perjuangan dengan bekal persenjatan paling kuat sekalipun, akan cepat padam bila tidak didahului oleh peluang. Kemujuran dan kemampuan senjata sama bergunanya bagi seorang calon penguasa. Keduanya dapat meredakan kesuitan yang mugkin timbul saat baru menjadi penguasa. Yang membedakan adalah ketika mereka ingin mempertahankan kekuasaan itu. Penguasa yang semakin tidak mengandalkan nasib mujur akan semakin kuat kedudukannya. Penguasa yang mengandalkan kekuatan senjata dan kemampuannya sendiri, memang susah payah memperoleh kekuasaan, namun akan mudah untuk mempertahankannya. Itulah yang terjadi di Roma pada masa pemerintahan Romulus. Keadaannya aman tentram dan rakyatnya makmur. Begitu pula Athena di masa Thesaus, dan Persia ketika dipimpin Cyrus.

       Seseorang bisa juga menjadi penguasa karena mendapat dukungan dari rakyat. Cara ini biasa berlangsung di negara Republik, dan diatur oleh undang-undang, sehingga disebut kekuasaan konstitusional. Kesuksesan cara ini bukan terletak pada kedudukan atau pun nasib mujur seseorang, tetapi sepenuhnya tergantung pada kelihainnya menggalang dukungan masyarakat. Kedudukan dan kepentingan bangsawan dan rakyat berbeda, mereka umumnya sulit bersatu dan cenderung selalu terlibat konflik. Oleh sebab itulah, sebelum mencari dukungan seorang calon penguasa harus mengetahui sevara peris karakter kedua golongan tersebut. Ketika merasa tidak dapat melawan rakyat yang jumlahnya banyak, para bangsawan akam memilih salah satu dari mereka untuk menjadiopeguasa. Hal  yang sama akan dilakukan rakyat, bila mereka merasa ditindas oleh para bangsawan. Masing-masing golongan itu mempunyai peluang untuk menang, dan menjadi penguasa. Siapa yang akan menang, tergantung pada golongan mana yang paling mahir menggunakan kesempatan. Namun yang jelas, para calon penguasa harus memperhitungkan dengan seksama resiko yang harus ditanggung, bila membela kepentingan salah satu golongan. Raja Nabis dan Sparta berhasil menahan gempuran bertubi-tubi daru tentara Yunani dan Romawi yang terkenal gagah perkasa. Raja Nabis beruntung karena ia dicintai dan didukung sepenuh hati oleh rakyatnya. Bila terjadi kekacauan di dala negeri, ia tinggal menindak beberapa orang bawhannya dan keadaan pun menjadi tenang kembali. Bahaya terbesar bagi penguasa yang mendapat dukungan penuh dari rakyatnya adalah bila kekuasaan yang terbatas mulai mereka gunakan secara mutlak. Sebaliknya, penguasa yang memilih dekat dengan bangsawan harus siap dengan berbagai kesulitan. Sebab, para bangsawan akan selalu merasa sederajat dengan penguasa yang didukungnya. Mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk bertindak licik daripada rakyat, karena memiliki harta dan kekuasaan sendiri. Oleh sebab itu, penguasa harus senantiasa cermat terhadap tindak-tanduk para bangsawan bawahannya. Mereka umumnya ada yang bersikap menggantungkan diri atau sebaliknya sama sekali mandiri. Terhadap yang tergantung, asal mereka tidak tamak, penguasa sebaiknya menghormatinya. Terhadap bawahan yang bersikap mandiri, penguasa harus memberi perhatian khusus dan mengetahui alasan sikap mereka. Penguasa yang terus menerus menggunakan kekerasan akan menerima nasib naas, dikecam dan dibenci rakyatnya. Walaupun tidak terjadi gejolak yang besar, namun tekanan penderitaan yag diterima rakyat berlangsung setiap hari, terus berkembang dan makin lama makin jelas. Rakyat yang sudah tidak dapat menahan beban penderitaan akan menggalang kekuatan untuk menggulingan penguasanya. Penguasa yang tangguh tahu kapan ia harus menggunakan kekerasan. Ia mampu mengukur dengan tepat penderitaan yang ditanggung rakyatnya. Ia tidak akan bertindak kejam, di saat rakyat sedang dilanda kesuitan besar. Sebab, ia tahu sekali saja ia melakukannya, segala kebaikannya di masa silam akan silupakan dan rakyat tidak akan hormat lagi.



Mempertahankan Kekuasaan

      Dasar kekuatan negara adalah hukum yang berwibawa dan angkatan bersenjata yang kuat. Idealnya, kedua unsur tersebut ada di sebuah negara. Tapi bila situasi belum memadai, seperti di negara-negara yang baru berdiri, unsur manakah yang lebih dahulu harus dibangun oleh penguasa ?. Sebaiknya penguasa lebih dahulu membangun angkatan bersenjatanya. Jalan ini harus diambil karena hukum tidak akan dipatuhi, bila tidak didukung oleh kekuatan militer. Bila di sebuah negara terdapat tentara yang kuat, bisa dipastikan hukum yang ada akan berjalan baik. Hal inilah yang terjadi di Kerajaan Roma dan Sparta. Kedua kerajaan itu dapat bertahan lama karena memiliki tentara yang tangguh. Ketangguhan itu berakar dari disiplin yang tinggi, yang kemudian berbuah pula pada hukum dan tata cara pelaksanaannya di kedua negara tersebut. Negara yang kuat bisa diukur dari kemandiriannya pada saat menghadapi berbagai ancaman yang datang dan menyelesaikan situasi kritis. Bentuk-bentuk ancaman bisa berupa serangan musuh dari luar atau persekongkolan dari dalam yang ingin menggulingkan kekuasaan. Makin kecil bantuan dari pihak-pihak lain untuk menyelesaikan sistuasi krisis tersebut, makin mandiri negara tersebut. Untuk mencapai negara yang mandiri, sebuah negara harus memenuhi salah satu syarat berikut, memiliki angkatan bersenjata sendiri yang kuat atau mempunyai harta kekayaan yang besar untuk menghimpun pasukan bayaran. Kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Louis XII, pasukan infantri Prancis yang tangguh itu akhirnya dibubarkan Oleh Louis XII, putra Charles VIII. Louis XII menggantikan pasukannya dengan pasukan berkuda bayaran dari Swiss yang terkenal handal. Semangat pasukan Prancis langsung ambruk, karena harus berperang bersama pasukan asing.Tak lama kemudiam Prancis berhasildiusir oleh Julius II dari wilayah Italia. Dibanding pasukan bayaran, pasukan bantuan justru lebih berbahaya. Mereka sangat potensial untuk merebut kekuasaan. Penguasa yang ingin menggunakan pasukan sebaiknya menuruti nasihat berikut. Bila pasukan bantuan kalah berarti Anda juga menanggung kekalahan. Tapi bila mereka menang, Anda tidak bisa berlega hati, karena mereka justru bisa mengancam kedudukan Anda. Penguasa yang melalaikan seni perang dan tidak mengenali daerah kekuasaannya dengan baik akan hancur.
       Untuk mengamankan kedudukannya, tentara Roma membangun benteng pertahanan disetiap daerah kekuasaannya. Di wilayah-wilayah yang diperkirakan bakal sering bergolak, mereka menempatkan panglima perang untuk memerintah disana. Cara ini sangat efektif karena mereka dapat mengetahui perubahan keadaan di daerah tersebut secara cepat dan tepat. Bibit-bibit persoalan yang muncul akan dapat segera diatasi.

     Penguasa yang tangguh akan menunjuk orang lain untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang berdampak kurang baik bagi rakyat maupun bawahannya, dan melakukan sendiri tindakan yang mendatangkan pujian.  Bila para Raja Prancis harus menghadapi ambisi para bangsawan dan rakyat, maka para Kaisar Roma harus menghadapi kekejaman dan kerakusan tentara. Bila hal tersebut yang terjadi, maka penguasa sebaiknya memperhatikan tunutan pihak militer, seperti yang dilakukan oleh Severius (berkuasa 222-235). Kaisar Severius adalah seorang yang gagah berani dan sukses memerintah Roma sampai akhir hayatnya. Hal tersebut terjadi karena ia menjaga hubungan baik dengan kelompok yang paling berpengaruh, yaitu militer. Rakyatnya yang tertindas dan lemah takut untuk melawannya

      Penguasa akan dijunjung tinggi, bila selalu bertindak tidak tanggung-tanggung, menjadi sahabat sejati atau sekalian musuh bebuyutan.  Itulah yang dialami oleh Ferdinand dari Aragon, Raja Spanyol. Ferdinand secara berturut-turut menyerbu dan menguasai Granada, sebagian wilayah Afrika dan Italia Selatan. Ia tersohor karena mampu meletakkan dasar-dasar kekuatan militer negaranya. Hal yang juga penting untuk diperhatikan penguasa adalah saat memilih pare menteri mereka. Penguasa akan dipandang bijaksana, bila para menterinya cakap dan setia. Tetapi bila sebaliknya yang terjadi, maka penguasa akan dikecam dan dicemooh. Penguasa yang baik sanggup membedakan mana kebijaksanaan dan mana nasihat palsu, dan yang terpenting ia akan mengambil keputusan sendiri. Ia akan membiarkan orang salah mengira, bahwa pelaksanaan keputusannya yang bijak adalah berkat nasihat orang-orang terdekatnya. Padahal, sebenarnya sebaik apa pun nasihat itu dan dari mana pun datangnya, akan dilaksanakan tergantung pada keputusannya.



Demikianlah postingan untuk saat ini, semoga bermanfaat.