20/03/14

Metoda Belajar dengan Peta Konsep




          Setelah membaca dari suatu sumber  bacaan, ditemukan bahwa ketika siswa mendapat materi hafalan, ternyata masih saja ada siswa yang tidak memahaminya. Belajar menghafal menciptakan ketidakmampuan untuk mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan baru siswa (Karakuyu, 2010). Siswa harus memiliki dasar yang cukup dan berpikir kritis tentang hubungan antara konsep yang berbeda. Belajar bermakna terjadi apabila informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang ada pada struktur kognitif siswa (Dahar, 1989). Pengetahuan baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang telah
ada di dalam struktur kognitif anak agar terjadi pembelajaran bermakna. Stoica et al (2011) menyatakan faktor tunggal yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang pelajar sudah tahu. Peta konsep merupakan kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan hubungan tertentu antara pasangan konsep diidentifikasi pada link yang menghubungkan mereka (Awofala, 2011). Peta konsep merupakan suatu media grafis dua dimensi yang berfungsi mengorganisasikan dan merepresentasikan suatu pengetahuan, biasanya berupa beberapa gambar kotak atau lingkaran berisikan tulisan terkait mengenai konsep yang dipelajari (Slamet, 2010). Peta konsep adalah gabungan beberapa konsep yang menghubungkan pengetahuan individu dengan topik pembelajaran. Peta konsep dihasilkan dengan mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan. Strategi metakognitif seperti peta konsep memungkinkan siswa untuk belajar aktif (Passmore et al, 2011).
      Belajar fisika dalam prosesnya memerlukan kegiatan mental yang tinggi, sebab banyak konsep fisika yang sifatnya abstrak atau tidak tampak secara langsung. Karena konsep dalam pembelajaran sains memiliki unsur yang sangat abstrak, maka dalam pembelajaran siswa harus memiliki kemampuan yang kuat dalam hal pemahaman konsep sains. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila peserta didik dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci dengan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Tingkatan yang paling rendah yaitu ingatan, yang merupakan kemampuan seseorang unntuk mengingat kembali atau mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus dan sebagainya siswa diharapakan bisa memahami, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Setelah memahami siswa diharapakan bisa mengaplikasikan, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi baru dan kongkret, dan seperti itu seterusnya sampai tingkat akhir yaitu evaluasi.


Manfaat Pembelajaran Peta Konsep
 
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat. Ausubel menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan atau informasi baru dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa (Wahidi, 2010).

Adapun manfaat pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang dinyatakan (Novak & Gowin, 1985).

1) Bagi Guru

a) Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini           disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan.
b) Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.
c) Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.

2) Bagi Siswa

a) Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingatnya.
b) Meningkatkan keaktifan dan kreativitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa.
c) Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik yang akan memudahkan dalam belajar.
d) Membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen-komponen konsep dan mengenali hubungan.

Dahar (1989) mengungkapkan tujuan penting penggunaan peta konsep dalam menunjang berlangsungnya proses belajar bermakna yaitu: (1) menyelidiki apa yang telah diketahui oleh siswa; (2) mempelajari cara belajar siswa; (3) mengungkapkan miskonsepsi yang muncul pada siswa; dan (4) sebagai alat evaluasi. Selain itu, peta konsep bermanfaat untuk memperoleh skema kognitif dan menargetkan pemahaman konsep yang mendalam.




Pembuatan Peta Konsep    
 

Dahar (1989) mengungkapkan bahwa peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti oleh siswa untuk menciptakan suatu peta konsep.

Langkah 1 : mengidentifikasi ide pokok yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2 : mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide     utama.
Langkah 3 : menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
Langkah 4 : mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut.

1) Memilih suatu bahan bacaan
2) Menentukan konsep-konsep yang relevan
3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif
4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.



         Semua yang saya paparkan tadi didapat dari sumber yang ilmiah, dan tentunya telah dikaji oleh para ahli yang kompeten dalam hal strategi pembelajaran. Postingan diblog ini hanya sebagian kecil saja menjelaskan tentang konsep dan teori, selebihnya dapat ditemukan sesuai daftar pustaka, dan sekali lagi ini hanya sedikit referensi yang dapat saya bagikan untuk para pembaca, yang kebetulan menekuni atau menggeluti bidang ini. Mohon maaf bila tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena sayapun masih harus banyak belajar,  semoga berguna.

Kepustakaan :
Awofala, A. O. A. 2011. Effect of concept mapping strategy on students’ achievement in junior secondary school mathematics. International Journal of Mathematics Trends and Technology. 2(3): 11-16. Tersedia pada http://www. ijmttjournal. Org/Volume-2/ issue-3 /IJMTTV2I3P 504.pdf.

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori belajar. Bandung: Erlangga.
Karakuyu, Y. 2010. The effect of concept mapping on attitude and achievement in a physics course. International Journal of The Physical Sciences. 5(6): 724-737. Tersedia pada www.academicjournals.org/ijps/PDF/pdf2010/ Jun/Karakuyu.pdf.


Novak, J. D. & Cañas, A. J. 2008. The theory underlying concept maps and how to construct and use them. Technical Report IHMC CmapTools. Tersedia pada http://cmap. ihmc. us/ Publications/ ResearchPapers/ Theory Under-lying Concept Maps.pdf.

Passmore, Gregory G., & Mary A. O. 2011. Empirical evidence of the effectiveness of concept mapping as a learning intervention for nuclear medicine technology students in a distance learning radiation protection and biology course. J of Nuclear Medicine Technology. 39(4): 1-6. Tersedia pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22080436.pdf.



Slamet, K. 2010. Pengaruh model pembelajaran kontekstual dengan peta konsep terhadap pemahaman konsep fisika Siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Singaraja Tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha.

Stoica, I., Moraru, S., & Miron, C. 2011. Concept maps, a must for the modern teaching-learning process. Romanian Reports in Physics. 63(2): 567–576. Tersedia pada http://www. infim. ro/rrp/2011_63_2/art 22 Stoica.pdf.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar